Oleh: Pasha Ptr
Langkah tegap beriringan,
Massa datang, massa pergi,
Menggenggam harapan dalam jemari letih,
Menyulam rintihan di geladak yang basah.
Doa-doa larut dalam darah yang tumpah,
Namun... akankah ada pelabuhan teduh di ujung sana?
Di balik kapal tua yang lunglai,
Terombang-ambing di samudra tak bernama,
Seorang nahkoda menebar janji—senyap, fana.
“Nanti kita ke sana,” ucapnya lirih,
Sementara awak kapal bersabung dengan gelombang,
Menahan air yang menyeruak,
Menyusup di celah kayu yang kian renta.
Entah kapan badai reda,
Entah kapan layar ini menemukan daratan,
Hanya peradaban yang mencatat,
Atau mungkin hanya bisik angin yang tahu,
Bahwa kapal ini pernah berlayar,
Dengan harapan yang karam tak pernah pulang.


Tinggalkan komentar