Seberapa Bermakna Hidup Kita?

Galaksi-galaksi yang ditangkap oleh teleskop

Menjawab pertanyaan itu tidak mudah. Kita perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam dan luas, terutama tentang diri kita sendiri, juga dunia di sekitar kita. Akan lebih baik lagi jika kita memahami alam semesta, minimal yang sudah dipelajari, diselidiki, dipetakan, serta dipahami umat manusia.

Dengan pemahaman itu, kita bisa melihat posisi kita sekaligus mulai membandingkan diri kita dengan dunia sekitar. Bukan hanya posisi kita di tengah-tengah kehidupan sosial, melainkan juga posisi pada tataran yang jauh lebih besar yaitu alam semesta yang bisa teramati.

Pada tataran makro kosmis (alam semesta besar), umur kita tidak ada artinya sama sekali jika dibandingkan dengan umur planet, bintang, galaksi, supermassive blackholes, serta banyak benda langit lainnya. Saat ini diperkirakan alam semesta tempat kita berada sudah berumur 13,77 miliar tahun (silakan bayangkan sendiri berapa banyak nol pada angka tersebut). Galaksi bimasakti tempat tata surya kita berada sudah berumur 13,5 miliar tahun. Matahari (bintang terdekat dari bumi) telah berumur 4,6 miliar tahun. Sementara bumi sudah berumur 4,5 miliar tahun.

Keberadaan kita di alam semesta pun sama tidak berartinya. Kalau alam semesta diibaratkan sebagai pasir pantai di seluruh permukaan bumi, manusia laksana sebutir pasir yang dibagi-bagi lagi miliaran kali. Silakan khayalkan sendiri seperti apa ukurannya. Rasanya, membayangkannya pun sulit.

Akan semakin tidak berarti lagi kalau keberadaan kita yang sangat kecil ini serta umur kita yang sangat singkat ini kemudian disia-siakan begitu saja. Akan sangat tidak berarti kalau hidup hanya digunakan untuk memuaskan hawa nafsu, seperti mengonsumsi narkoba, minum-minuman keras, dugem, free sex, memfitnah, menebar kebencian kepada sesama, menyelewengkan anggaran, menyalahgunakan kekuasaan, mengeksploitasi alam secara berlebihan, serta perbuatan merusak lainnya.

Bagaimanapun, hidup kita yang sangat singkat dan tidak berarti ini tetap dapat dibuat sedikit lebih bermakna dengan cara diisi dengan melakukan perbuatan baik yang bermanfaat. Perbuatan yang bermanfaat adalah perbuatan yang dapat meningkatkan keteraturan, baik keteraturan di dalam diri sendiri, di kehidupan sosial, di ekosistem, maupun di seluruh penjuru alam.

Mendisiplinkan diri merupakan perbuatan yang bermanfaat karena dapat membuat hidup diri sendiri menjadi teratur. Berbicara santun merupakan perbuatan yang bermanfaat karena dapat meningkatkan keteraturan dalam hubungan sosial. Menanam pohon pun merupakan perbuatan yang bermanfaat karena dapat meningkatkan keteraturan pada tataran ekosistem.

Bermanfaat atau tidaknya perbuatan yang kita lakukan merupakan pilihan. Kita diberi akal dan hati untuk memilih perbuatan seperti apa yang hendak kita lakukan, apakah memilih melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan keteraturan, atau malah sebaliknya, melakukan perbuatan yang meningkatkan kekacauan.

Jawaban atas pertanyaan “seberapa bermakna hidup kita?” bergantung dengan pilihan-pilihan yang kita ambil setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, atau tahun hingga ajal menjemput.

Ketika saya menulis ini, saya memilih untuk melakukan perbuatan yang bermanfaat. Saya berharap, pilihan saya ini dapat meningkatkan keteraturan, baik pada diri saya sendiri, orang lain, maupun alam sekitar. Saya berharap, perbuatan saya ini dapat membuat hidup saya menjadi sedikit lebih bermakna di tengah ketidakbermaknaan diri saya di alam semesta yang maha luas ini.

Mudah-mudahan Anda yang membaca tulisan ini juga tergerak hati untuk senantiasa memilih melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri, orang lain, maupun alam sekitar. Dengan begitu, semoga hidup Anda menjadi jauh lebih bermakna.