Kisah Anak Guru SD – Dari Desa Menjelajah Dunia

Sosok yang kisah hidupnya diangkat kali ini sangat inspiratif, bisa dijadikan sebagai teladan bagi siapa saja yang sedang berjuang mewujudkan impian. Teladannya dapat diperoleh dari banyak aspek, terutama karakter, kebiasaan, perjuangan, serta prestasi-prestasinya. Penasaran seperti apa sosoknya? Silakan baca kisah inspiratif ini sampai selesai.

Sosok ini merupakan pribadi yang luar biasa. Selain meraih segudang prestasi, dia juga dikenal sebagai pribadi yang supel, terbuka, ramah, santun, dan rendah hati. Kalau mau diringkas dengan tiga atau empat kata, dia dapat digambarkan sebagai sosok yang “cerdas sekaligus berbudi luhur.” Sebuah kombinasi yang mungkin sudah jarang kita temui saat ini.

Track record-nya lurus, bersih, dan gemilang. Berbagai prestasi telah ditorehkannya sejak kecil sampai sekarang. Sejak SD hingga SMA dia menjadi juara 1 di kelas, bahkan menjadi juara umum di sekolah. Ketika kuliah sarjana, dia memenangkan olimpiade biologi. Dia pun lulus sarjana sebagai lulusan terbaik di tingkat universitas.

Prestasi lainnya lebih luar biasa lagi. Dia menyelesaikan studi doktoralnya hanya dua tahun delapan bulan di salah satu kampus terbaik di Taiwan. Itu adalah rekor studi doktoral tercepat di departemennya. Biasanya, rata-rata lama studi mahasiswa di sana adalah lima tahun! Dia malah berhasil menyelesaikan studi setengah lebih sedikit dari rata-rata itu! Luar biasa, bukan?

Di kampusnya sendiri, prestasinya juga tidak kalah menterengnya. Terakhir, dia terpilih sebagai Dosen Terbaik Kedua tingkat universitas pada tahun 2024. Hebatnya, lima orang yang bercokol di enam besar, semuanya adalah profesor. Untuk jadi yang terbaik, tidak harus mencapai puncak tertinggi jabatan akademik (profesor).

Berkat kepribadiannya yang luar biasa, dia juga sering mendapat amanah di mana-mana. Dia diminta masuk di banyak tim kerja di kampusnya, mulai level program studi sampai level universitas, termasuk menjadi ketua tim pemeringkatan internasional selama tiga tahun, yang kemudian berhasil mengantarkan kampusnya masuk kedalam rangking dunia THE WUR dan QS WUR.

Dia pun sering menjadi keynote speaker di berbagai macam konferensi, baik skala nasional maupun internasional. Pada level nasional, dia beberapa kali menjadi keynote speaker di UNS, UPI, UM, UNY, dan kampus-kampus kependidikan lainnya baik di Jawa maupun luar jawa. Sementara di level internasional lebih mengagumkan lagi. Dia sering diminta mengisi dan terlibat aktif dalam konferensi di banyak negara, diantaranya Filipina, Taiwan, Singapore, Thailand, Australia, India, Perancis, dan Kolombia.

Tidak sampai di situ, dia pun beberapa kali diberi amanah untuk menduduki jabatan struktural di kampusnya. Saat kisah ini diangkat, dia sedang mengemban tugas sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM), setelah sebelumnya dipercaya sebagai kepala pusat publikasi dan diseminasi LPPM pada tahun 2023. Di usianya yang masih relatif muda (37 tahun), tugas sebagai sekretaris sebuah lembaga sebesar LPPM di kampusnya termasuk sebuah pencapaian sekaligus amanah yang luar biasa.

Hebatnya, sampai sejauh ini, semua amanah yang diembannya, berhasil dijalankan dengan baik.

Prestasinya tidak hanya sampai di tingkat kampus. Secara akademik, dia telah banyak berkontribusi secara internasional di bidang yang digelutinya. Sejauh ini, dia telah mempublikasikan artikel ilmiah di jurnal-jurnal internasional terindeks Scopus dan Web of Science. Ada 13 artikel yang masuk kriteria itu yang 70 persen diantaranya termasuk kategori Q1 dengan jumlah sitasi yang cukup banyak, dan beberapa lainnya masih proses penerbitan. Sebuah pencapaian yang sangat mumpuni untuk dosen muda yang super sibuk sepertinya.

Baru-baru ini, sebelum tulisan ini dipublikasikan, dia mendapat undangan untuk menjadi pembicara di National Association for Research in Science Teaching (NARST) yang diselenggarakan di Amerika Serikat (USA). Dia menjadi salah satu dari tiga pembicara mewakili kawasan Asia Pasifik. Sayangnya, karena pembatasan kunjungan ke luar negeri oleh pemerintah Indonesia, dia tidak bisa hadir secara langsung. Terpaksa dia memberikan materi secara daring melalui Zoom.

Konferensi National Association for Research in Science Teaching (NARST) yang diselenggarakan di Amerika Serikat (USA) Maret 2025

Siapa sosok yang sedang kita bicarakan ini?

Namanya Bevo Wahono, Ph.D., seorang dosen super aktif dan produktif yang mengabdikan dirinya di Universitas Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Saya sudah mengenalnya sejak 2006, tahun di mana dia mulai kuliah sarjana. Kebetulan dia adik tingkat saya di program studi yang sama, Pendidikan Biologi. Saat itu saya di semester terakhir (semester sembilan). Saya sering bertemu dengannya karena menjadi asisten praktikum mata kuliah yang sedang diambilnya.

Setelah saya wisuda di bulan Desember 2006, kami tidak pernah lagi bertemu muka . Kami hanya saling sapa melalui media sosial. Saya sangat berterima kasih, karena dia masih mengingat saya dan berkenan berbagi kisah untuk ikut meramaikan situs PENULIS-TULISAN-PERADABAN ini. Di tengah kesibukannya yang luar biasa, dia masih menyempatkan diri dan bersedia diajak mengobrol santai, meskipun tidak bertatap muka langsung, hanya lewat Zoom.

Sesi Wawancara via Zoom dengan Bevo Wahono, Ph.D

Perjalanan Hidup

Nama panggilannya Bevo. Dia lahir di desa Bunga Mas, sebuah desa di tenggara Kota Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Dia merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang semuanya laki-laki. Ayahnya adalah seorang guru SD. Sementara ibunya sehari-hari berjualan gorengan.

Cikal bakal kesuksesannya sudah tampak sejak kecil, bahkan sebelum dia masuk SD. Itu karena dia mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. Sejak dini, ayahnya sudah membekalinya dengan kemampuan dasar yang sangat penting untuk sukses di segala bidang kehidupan, yaitu membaca. Dia sudah bisa membaca lancar sebelum masuk SD. Ketika SD, setiap minggu ayahnya membawakannya komik yang berjudul Andaka untuk bahan bacaannya di rumah. Itu telah berhasil membangun kebiasaan membaca di dirinya.

Hal yang jauh lebih penting juga dilakukan orang tuanya, yaitu menanamkan karakter positif lainnya sejak dini. Sebagai anak pertama dari empat bersaudara yang semuanya laki-laki, Bevo diberi tanggung jawab mengerjakan beberapa pekerjaan rumah, seperti memasak, mencuci piring, dan menyapu rumah.

Karakter tanggung jawab itu terbukti sangat berguna dalam perjalanan pendidikan maupun karirnya yang boleh dikatakan sangat gemilang. Karakter itulah yang membuat dia banyak diberi kepercayaan, mulai dari ketua Himpunan Mahasiswa (Hima), hingga jabatan struktural di kampusnya saat ini. Salah satunya adalah ketika dia baru-baru ini diberi amanah sebagai Sekretaris LP2M di Universitas Jember.

Orang tuanya sangat bijak dalam mendidik. Tanggung jawab yang diberikan kepada Bevo tidaklah kaku. Menjelang ujian sekolah, Bevo dibebaskan dari semua tugas rumah agar bisa fokus belajar. Dia diberi kesempatan untuk belajar lebih giat. Sementara tugas-tugas rumah kembali diambil alih orang tuanya.

Di momen ini, karakter positif lain yang patut ditiru juga mulai kelihatan. Bevo belajar dengan kemauan sendiri, tanpa paksaan maupun pengawasan dari siapa pun, termasuk orang tuanya. Untuk belajar dengan tenang, dia memilih menyendiri di kebun. Dibawanya tikar dari rumah lalu dibentangnya di bawah pohon kelapa. Tentu saja, dia tidak lupa membawa buku-buku yang hendak dipelajari.

Dengan kesadaran sendiri dan suasana hati yang gembira, dia mulai membaca buku-buku pelajaran dan juga catatan-catatan selama di sekolah sambil tidur-tiduran di bawah pohon kelapa. Buku yang dipelajari tidak terbatas pada buku yang digunakan di sekolah, melainkan buku-buku dari penerbit lain yang masih relevan, yang sebenarnya tidak diwajibkan oleh sekolah.

Pada titik ini, dia telah berhasil menemukan salah satu kunci kesuksesannya. Dia berhasil menemukan dan menciptakan cara ternyaman dalam belajar untuk dirinya sendiri. Ini yang membuat aktivitas belajarnya menjadi sebuah kebiasaan yang menyenangkan dan tetap bertahan hingga sekarang.

Tantangan yang cukup berat mulai ditemuinya ketika SMP dan SMA. Dia mendapat tugas tambahan dari orang tuanya, yaitu ikut membantu bekerja di kebun. Setiap hari, dia harus bangun pukul lima pagi untuk membantu orang tuanya menyadap karet. Setelah sholat subuh, dia dan orang tuanya berangkat ke kebun untuk menjalankan tugas rutin itu.

Akibat rutinitas itu, dia sering terlambat datang ke sekolah. Itu karena sekolahnya cukup jauh dari rumah. Sementara angkutan desa di sana sangat terbatas. Dia harus menunggu trip kedua untuk berangkat ke sekolah yang berada di kota.

Pada titik ini, ada satu sikap yang mungkin bisa menjadi pelajaran bagi guru-guru zaman sekarang. Guru-gurunya bisa menerima alasannya yang terlambat karena harus membantu orang tua di kebun. Mereka tidak terlalu mempermasalahkan keterlambatan itu karena Bevo berhasil menunjukkan dan membuktikan diri.

Rutinitasnya di pagi hari, yaitu membantu orang tuanya di kebun, tidak mengganggu kewajiban Bevo untuk tetap rajin belajar. Dia tetap berprestasi bahkan dapat membanggakan sekolah dengan berbagai prestasinya. Dia selalu menjadi juara satu di kelas maupun di sekolah. Dia juga menjadi utusan sekolah untuk mengikuti berbagai kompetisi di luar sekolah hingga level provinsi.

Sampai sejauh ini, perjalanan hidupnya baik-baik saja. Semua kendala atau hambatan dapat diatasinya dengan baik. Tentu itu karena kemampuannya berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan semua orang, terutama dengan orang tuanya di rumah, maupun dengan guru-guru di sekolah.

Momen dilematis baru mulai dihadapinya ketika hendak melanjutkan pendidikan sarjana. Dia sebenarnya bercita-cita ingin menjadi dokter. Jika dilihat dari kemampuan diri, dia sudah memiliki bekal dan sangat layak untuk kuliah di kedokteran. Namun sayangnya, dia menghadapi kendala lain. Orang tuanya tidak mampu memberikan dukungan finansial yang memadai. Kali ini, kendala itu tidak mampu diatasinya.

Dia tidak berkecil hati. Dia tetap bersemangat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan memilih jurusan lain. Karena menyukai biologi dan sering ikut olimpiade biologi sewaktu di SMA, dan ditambah bapaknya adalah seorang guru SD, dia pun memilih program studi pendidikan biologi. Muaranya nanti menjadi guru biologi.

Ketika memilih program tersebut, darah mudanya masih membara. Dia memutuskan untuk memilih hanya satu pilihan itu. Kalau tidak lulus seleksi, dia berencana untuk tidak kuliah. Mungkin itu merupakan wujud dari sedikit kekecewaannya yang tidak bisa melanjukan ke kedokteran. Bagaimanapun, sikap itu masih bisa dimaklumi mengingat usianya pada waktu itu baru tujuh belas atau delapan belas tahun.

Kabar baiknya, dia lulus seleksi dan diterima di satu-satunya prodi yang dipilihnya itu. Dia pun melanjutkan pendidikan sarjana di program studi Pendidikan Biologi, Universitas Bengkulu. Di momen inilah saya pertama kali bertemu dengannya, yaitu ketika saya menjadi asisten dosen untuk mempersamai dia dan kawan-kawan seangkatannya melaksanakan praktikum.

Sewaktu kuliah sarjana, dia tetap mengukir prestasi, baik akademik maupun non akademik. Selain indeks prestasi yang selalu mendekati sempurna setiap semesternya, menjadi peringkat 1 olimpiade biologi di level universitas, dia juga aktif berorganisasi. Bahkan dia terpilih sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi. Di level yang lebih luas, dia juga diangkat sebagai Koordinator Daerah Bengkulu IKAHIMBI Wilayah II Sumatera. Pada akhirnya, dia berhasil menyelesaikan studi sarjana dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat cum laude dan menjadi lulusan terbaik di tingkat universitas.

Kisahnya sewaktu kuliah S2 tidak terlalu saya ikuti. Saya baru mendapatkan informasi tentang itu belakangan, sewaktu kami mengobrol via Zoom beberapa waktu lalu. Di momen ini dia juga mengaku kembali mengalami dilema.

Dia mendaftar di Universitas Negeri Malang (UM) untuk program studi yang sama sewaktu sarjana. Di kesempatan yang sama dia mendapat tawaran dari IPB untuk mendalami Biologi murni dengan beasiswa. Akan tetapi, dia terpaksa menolak tawaran IPB yang menggiurkan itu karena suatu alasan yang sangat berat.

Menolak tawaran kampus sekelas IPB mungkin tampak seperti sebuah keangkuhan. Namun ada alasan yang sangat kuat dibalik penolakannya itu. Alasan ini tidak bisa diabaikannya begitu saja. Dia sebenarnya tergiur untuk menerima tawaran itu. Namun dia sudah terlanjur membayar uang kuliah di UM.

Dia tidak mungkin membiarkan uang kuliah itu lenyap begitu saja dengan mengurungkan niat kuliah di UM. Uang itu diperoleh dengan cara yang sangat tidak mudah. Ayahnya rela meminjam ke pihak tertentu untuk mendapatkan uang kuliah sekaligus uang untuk hidupnya sehari-hari di tempat yang jauh dari kampung halamannya, di ujung pulau jawa sana.

Pada waktu itu, ayahnya menyerahkan uang hasil pinjaman itu dalam bentuk tunai sehingga terlihat sangat banyak. Uang itu digunakan terutama untuk membayar biaya kuliah di UM.

Bevo mengaku sempat menangis terharu melihat itu. Begitu besar pengorbanan orang tuanya, terutama ayahnya. Apalagi ayahnya sempat berucap, kira-kira begini “aku rela menjual tulang belulangku untuk mendukungmu sekolah setinggi-tingginya.” Sungguh sebuah dukungan dan perjuangan yang tak ternilai harganya.

Bevo pun kuliah magister (S2) di UM. Dia melanjutkan studi sama seperti program sewaktu sarjana, yaitu di program Pendidikan Biologi. Perjuangannya lancar-lancar saja hingga kemudian berhasil menyelesaikan pendidikannya kurang dari dua tahun pada tahun 2012 juga dengan predikat cum laude.

Namun sebelum waktu wisuda, dia telah memutuskan untuk mendaftar PNS untuk menjadi dosen di Universitas Jember. Sewaktu mendaftar, dia belum mendapat ijazah. Dia pun memutuskan untuk menghadap Rektor UM agar diizinkan memperoleh ijazah lebih awal meskipun belum diwisuda. Berkat kepribadian dan reputasinya yang baik di UM, Rektor mengabulkan permintaannya, dia pun bisa mendaftar seleksi PNS.

Singkat cerita, dia pun diterima menjadi dosen di Universitas Jember (UNEJ) pada tahun 2012. Dia bergabung dengan program studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNEJ.

Di awal-awal masa kerja di sana, dia mengaku kalau semuanya berjalan biasa biasa saja. Dia masih diperlakukan seperti dosen-dosen muda lainnya. Belum ada hal istimewa yang membuatnya menonjol. Itu kemudian memotivasinya untuk melanjutkan studi ke jenjang doktoral (S3). Dengam kemampuan Bahasa Inggris yang tidak terlalu istimewa, dia mulai mencari beasiswa dan juga kampus.

Pada tahun 2017 dia mendapatkan beasiswa dari Islamic Development Bank (IsDB) untuk menempuh Ph.D di National Taiwan Normal University, Taipei, Taiwan. Di sinilah titik balik perjalanan karirnya di mulai. Dia berhasil menjadi lulusan tercepat sepanjang sejarah departemennya. Dia juga sangat produktif menulis artikel-artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal-jurnal bereputasi. Dia pun memanfaatkan momen itu dengan membangun relasi internasional dari beberapa negara.

Sejak saat itu, namanya mulai berikibar. Dia mulai menunjukkan berbagai prestasi luar biasa seperti yang telah diuraikan di awal tulisan di atas. Dia diundang mengisi berbagai forum ilmiah di mana-mana dan termasuk aktif menjadi bagian penting dari tim pengembangan sumberdaya manusia di level Kementerian (DIKTI). Bahkan dia juga menjadi tenaga pengajar di luar negeri yaitu pada program doktoral di Universidad Pedagógica y Tecnológica de Colombia (UPTC), Kolombia yang sampai diberitakan dalam beberapa situs berita online nasional, seperti AntaraNews, RRI, Radar Jember, dan lain sebagainya.

Prestasi-prestasi yang terus diukir Bevo, di kampus maupun di luar kampus, nasional dan internasional, membuat Pimpinan Universitas Jember semakin mempercayainya. Pimpinan UNEJ tidak ragu untuk mendelegasikan berbagai tugas dan amanah kepadanya. Terbaru, Rektor UNEJ mengangkat Bevo sebagai Sekretaris LPPM Universitas Jember sejak Oktober 2024 hingga tulisan ini diposting.

Bahkan berita sangat terbaru, Bevo mendapatkan penawaran dari salah satu kampus di luar negeri, Gradutae School of Education, Chung Yuan Cristian University, Taiwan sebagai Adjunct Professor (Profesor Kehormatan). Sungguh sebuah kepercayaan dan pencapaian yang luar biasa! 

Kunci Kesuksesan

Sebelum mengakhiri kisah Bevo ini, saya ingin merangkum beberapa hal yang mungkin dapat menjadi pelajaran untuk kita semua, baik sebagai pribadi yang sedang memperjuangkan impian, maupun sebagai orang tua (atau calon orang tua bagi yang masih jomblo) yang ingin mendidik anak-anak meraih kesuksesan. Kesuksesan luar biasa yang diraih Bevo tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itulah yang ingin saya uraikan di bawah ini.

Karakter yang dibangun sejak kecil

Dari pengakuannya dan juga testimoni yang diberikan orang-orang terdekatnya, ada beberapa karakter positif yang dimiliki Bevo yang sangat mempengaruhi perjalanan kesuksesannya. Dia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tanggung jawab, dan disiplin.

Rasa ingin tahu ditunjukkannya dengan senang membaca apa pun, terutama buku-buku pelajaran. Dia tidak menutup diri dengan berbagai sumber belajar yang dapat memuaskan rasa ingin tahunya. Dia tidak membatasi diri dengan membaca buku yang disarankan guru dan dosen. Dia mencari sumber-sumber lain yang relevan dengan apa yang ingin diketahuinya.

Sikap tanggung jawabnya sudah muncul sejak kecil ketika dia berhasil menjalan tugas-tugas yang diberikan orang tuanya, seperti menyapu, memasak nasi, dan mencuci piring. Dia juga bertanggung jawab ketika diminta membantu menyadap karet di kebun. Tentu saja dia bertanggung jawab ketika diminta belajar oleh orang tua dan guru-gurunya. Dia bertanggung jawab ketika diminta mewakili sekolah untuk mengikuti berbagai kompetisi yang diwujudkannya dengan prestasi yang membanggakan sekolah.

Sikap disiplin sudah ditunjukkannya sejak kecil. Namun itu semakin tampak sewaktu kuliah sarjana hingga doktoral. Dia membuat perencanaan dan jadwal yang ketat dan menjalankannya tepat waktu tanpa menunda. Itulah yang menjadi kunci kesuksesan dia mampu menyelesaikan studi jauh lebih cepat dibandingkan teman-teman seangkatannya.

Dukungan orang tua

Karakter positif yang terbangun sejak kecil tentu karena faktor orang tua. Sejak dini, orang tuanya telah memberikan dukungan yang luar biasa agar Bevo berkembang dengan baik. Bevo diberi tanggung jawab yang dapat membangun karakternya. Orang tuanya memfasilitasi segala kebutuhan belajarnya, misalnya saat ayahnya membawakan komik setiap minggu untuk membangun kebiasaan membaca.

Dukungan finansial juga tidak kalah pentingnya. Orang tuanya rela melakukan pekerjaan apa pun yang halal agar dapat mendukung pendidikan Bevo dan saudaranya ke jenjang yang paling tinggi. Ibunya rela berjualan gorengan agar dapat membantu memberikan dukungan finansial, baik untuk kebutuhan hidup di rumah, maupun untuk sekolah anak-anaknya termasuk Bevo. Itu berhasil. Bevo dan kedua saudara lainnya telah mengenyam pendidikan doktoral masing-masing.

Sikap yang dibangun ketika dewasa

Beberapa sikap dibangunnya ketika mulai dewasa. Itu karena dia menemui banyak orang yang penuh teladan dan inspiratif. Dari pengakuannya, dia banyak belajar dari dosen-dosennya, baik sewaktu pendidikan sarjana, magister, maupun doktoral. Dia juga banyak belajar dari para senior di kampus tempatnya bekerja.

Pelajaran itu membuatnya memiliki sikap empatik kepada orang lain. Dia juga memiliki rasa hormat tinggi kepada siapa pun. Dia tidak pernah mengagungkan diri sendiri atau merasa hebat meskipun dia memang hebat. Bahasa kerennya, dia memiliki sikap low profile dan humble, sebuah sikap yang banyak dipelajarinya dari para dosen hebat yang juga low profile dan humble.

Prinsip hidup

Perjalanan hidup telah mengantarkan Bevo menemukan prinsip-prinsip efektif yang kemudian menjadi prinsip hidupnya. Beberapa prinsip disebutkannya secara eksplisit, misalnya prinsip keseimbangan dan produktivitas. Namun beberapa di antaranya saya simpulkan sendiri setelah kami mengobrol secara mendalam.

Bevo memegang prinsip keseimbangan yang membuat perjalanan hidupnya tidak terlalu bergejolak. Dia menyeimbangkan setiap aktivitasnya. Dia menyeimbangkan kegiatan akademik dengan non akademik. Dia menyeimbangkan antara ranah pekerjaan, keluarga, pergaulan, dan masyarakat. Dia sangat adil dalam memperlakukan semua tugas dan kewajibannya. Yang lebih penting, dia tetap memiliki skala prioritas, mana yang harus didahulukan, mana yang bisa dikerjakan belakangan.

Prinsip lain yang mungkin dapat kita tiru adalah produktivitasnya. Dia merasa rugi jika tidak ada sesuatu yang dihasilkan setiap harinya. Itu membuatnya tidak mau malas-malasan. Dia merasa harus mengerjakan minimal satu kegiatan setiap hari yang kemudian menghasilkan sesuatu. Misalnya, di waktu luang, dia menyicil tulisan artikel ilmiah yang hendak dipublikasikan di jurnal-jurnal bereputasi.

Prinsip yang tidak kalah penting yang membuat kariernya berkembang pesat adalah pentingnya membangun relasi internasional. Dia memiliki banyak relasi dan teman di luar negeri seperti di Vietnam, Thailand, Philipina, Taiwan, Colombia, Australia, Prancis, Dubai, dan Afrika Selatan. Dia melakukan itu sejak lama, berkat pengalamannya yang sering ikut kompetisi di SMA, menjadi pengurus organisasi sewaktu sarjana, serta ketika dia mengikuti banyak forum ilmiah ketika studi doktoral.

Dari pengamatan saya, dia sepertinya memegang prinsip lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu berusaha memberikan kemampuan terbaik untuk semua yang harus dikerjakannya. Dia selalu berusaha melakukan hal yang terbaik sehingga berhasil mencapai hal-hal yang terbaik juga. Semua prestasi yang diraihnya sejak kecil hingga sekarang mungkin didorong oleh prinsip itu.

Strategi pribadi

Bevo telah berhasil membangun strategi sejak kecil. Dia berhasil menemukan cara belajar yang menyenangkan dan efektif untuk dirinya sendiri. Seperti yang diceritakannya, sewaktu kecil dia merasa nyaman belajar sendiri di tengah kebun. Sampai sekarang, dia tetap merasa nyaman dalam belajar dengan berbagai macam cara sehingga kemampuannya terus berkembang.

Strategi keberhasilan lainnya adalah perencanaan matang. Sebelum menjalani sesuatu, dia mempelajari dulu secara mendalam apa yang akan dilakukannya. Dia membuat perencanaan yang matang tentang itu. Salah satu contoh keberhasilan strategi ini adalah ketika dia berhasil menyelesaikan studi doktoral dalam waktu singkat. Dia mengaku bahwa dia telah membuat rencana kuliah jauh sebelum mulai kuliah. Sewaktu kuliah, dia tinggal mengeksekusinya sesuai rencana. Ketika terdapat kendala, dia tinggal melakukan penyesuaian-penyesuaian saja.

Strategi lain yang diterapkan Bevo adalah terkait publikasi di jurnal-jurnal iternasional bereputasi. Dia menemukan cara melakukan korespondensi yang efekti dengan para reviewer yang mereviu artikelnya. Strategi ini akan dibahas sendiri di artikel berbeda. Kami sudah membuat janji mengobrol khusus untuk membahas ini.

Penutup

Motivasi saya mengangkat kisah Bevo bukan sekedar untuk mengisi kolom di situs ini. Saya justru ingin belajar banyak darinya. Banyak hal yang ingin saya cari tahu dan pelajari darinya. Dan akhirnya memang banyak hal baru yang saya dapatkan.

Hingga saat ini, saya belum melanjutkan studi doktoral karena beberapa penyebab. Dari cerita Bevo, saya menjadi tahu apa yang bisa saya lakukan untuk secepatnya memulai studi doktoral. Dengan tips yang telah dibagikannya, mudah-mudahan saya juga bisa selesai cepat, atau paling tidak tepat waktu.

Strateginya tentang publikasi di jurnal bereputasi juga sangat saya butuhkan. Hingga sekarang, saya baru bisa menembus jurnal terindeks Scopus, Q4. Itu tentu saja masih jauh dari target saya yang juga ingin menembus jurnal-jurnal kategori Q1 seperti yang telah dilakukan Bevo.

Motivasi lainnya, mudah-mudahan Anda yang membaca kisah ini juga mendapatkan pesan dan pelajaran yang bermanfaat dan bermakna darinya. Silakan Anda temukan sendiri pesan dan pelajaran itu, sesuai dengan kondisi Anda masing-masing. Di sini, saya hanya sebagai penyambung lidah. Andalah yang dapat mengikat sendiri pesan dan makna dari kisahnya. Mudah-mudahan kisah ini turut berkontribusi bagi pendidikan saya, Anda, dan kita masing-masing, maupun pendidikan Indonesia secara umum.


  • Penulis : Feri Noperman
  • Narasumber : Bevo Wahono

Komentar

Tinggalkan komentar