Banyak pilihan profesi yang dapat ditekuni sebagai penulis. Bagi Anda yang suka menceritakan kisah-kisah terutama yang sifatnya imajinatif, Anda dapat memilih salah satu dari tiga pilihan profesi ini yaitu cerpenis, novelis, atau penulis skenario. Seperti apa pekerjaan masing-masing profesi itu? Baca uraiannya berikut ini.
Cerpenis
Cerpenis adalah sebutan bagi seseorang yang menulis cerita pendek atau cerpen sebagai bentuk karya sastra. Cerpenis memiliki keahlian dalam menyusun kisah singkat yang padat, namun tetap mampu menyampaikan pesan, emosi, dan konflik secara utuh. Mereka menggunakan bahasa yang efektif dan ekonomis untuk membangun karakter, suasana, dan alur cerita dalam ruang yang terbatas. Cerpen yang dihasilkan bisa bertema apa saja—mulai dari kehidupan sehari-hari, fantasi, hingga kritik sosial—tergantung pada gaya dan tujuan sang penulis.
Menjadi cerpenis tidak hanya soal menulis cerita singkat, tetapi juga soal kepekaan terhadap realitas dan kemampuan mengolah imajinasi. Cerpenis biasanya peka terhadap peristiwa kecil yang kerap luput dari perhatian orang lain, lalu mengubahnya menjadi kisah yang menggugah atau menggugah pikiran. Di Indonesia, banyak cerpenis terkenal seperti Seno Gumira Ajidarma, NH Dini, atau Umar Kayam, yang karya-karyanya telah memberi warna pada dunia sastra. Seorang cerpenis sejati terus mengasah gaya bahasa dan narasi agar cerpen yang ditulisnya bisa menyentuh hati pembaca meskipun dalam jumlah kata yang terbatas.
Novelis
Novelis adalah seseorang yang menulis novel, yaitu karya sastra fiksi yang panjang dan kompleks. Tidak seperti cerpenis yang fokus pada cerita pendek, novelis mengembangkan cerita secara lebih mendalam dengan alur yang lebih luas, latar yang lebih rinci, serta karakter yang lebih kompleks. Seorang novelis mampu membawa pembaca menyelami dunia yang dibangun dalam novel, dengan menggambarkan perkembangan tokoh, konflik yang berlapis, dan pesan-pesan yang sering kali mencerminkan kehidupan nyata atau imajinasi yang mendalam.
Menjadi novelis membutuhkan ketekunan, daya imajinasi tinggi, serta kemampuan merancang struktur cerita yang koheren dan menarik dari awal hingga akhir. Novelis juga perlu memahami dinamika emosi manusia dan berbagai latar budaya atau sosial untuk menciptakan kisah yang meyakinkan dan menggugah. Di Indonesia, nama-nama seperti Pramoedya Ananta Toer, Andrea Hirata, dan Ayu Utami dikenal sebagai novelis yang menghasilkan karya-karya berpengaruh. Novel yang ditulis bisa berupa roman, petualangan, sejarah, hingga fiksi ilmiah—semuanya menjadi wadah ekspresi ide dan kreativitas seorang novelis.
Penulis Skenario
Penulis skenario adalah orang yang menulis naskah untuk film, sinetron, drama televisi, atau pertunjukan panggung. Tugas utama penulis skenario adalah merancang alur cerita, dialog antar tokoh, adegan demi adegan, serta petunjuk teknis yang membantu sutradara dan kru produksi dalam mewujudkan cerita ke bentuk visual. Skenario harus ditulis dengan format khusus dan bahasa yang ringkas namun jelas, karena naskah ini menjadi panduan utama dalam proses produksi audiovisual.
Seorang penulis skenario tidak hanya dituntut piawai dalam menyusun cerita yang menarik, tetapi juga harus memahami ritme dramatis, pengembangan karakter, dan teknis visualisasi cerita. Mereka bekerja sama dengan sutradara, produser, dan tim kreatif lainnya untuk menyesuaikan cerita dengan kebutuhan produksi. Di Indonesia, penulis skenario seperti Salman Aristo, Gina S. Noer, dan Titien Wattimena telah dikenal luas karena kemampuan mereka menciptakan cerita yang hidup di layar. Tanpa skenario yang kuat, film atau drama akan kehilangan arah dan daya tariknya.
Penutup
Ketiga profesi—cerpenis, novelis, dan penulis skenario—adalah bentuk keahlian dalam dunia kepenulisan kreatif yang memiliki ciri khas masing-masing, namun sama-sama berperan penting dalam menyampaikan cerita kepada publik. Cerpenis mahir menyusun kisah singkat yang padat makna, novelis menggali cerita secara mendalam dalam narasi panjang, sedangkan penulis skenario menerjemahkan cerita ke dalam bentuk visual dan dialog untuk pertunjukan di layar atau panggung.
Meski berbeda dalam bentuk karya dan media penyampaian, ketiganya membutuhkan imajinasi yang kuat, kepekaan terhadap kehidupan, serta kemampuan teknis dalam menulis. Pada intinya, baik cerpenis, novelis, maupun penulis skenario adalah pencerita—mereka menyampaikan gagasan, emosi, dan pengalaman hidup melalui kata-kata, serta menghubungkan pembaca atau penonton dengan dunia yang mereka ciptakan.
Kamu mau memilih yang mana?
Kembali ke:
Postingan Terbaru
- Metode Penelitian Korelasi
- Kids need soft skills in the age of AI, but what does this mean for schools?
- The ChatGPT effect: In 3 years the AI chatbot has changed the way people look things up
- Girls and boys solve math problems differently – with similar short-term results but different long-term outcomes
- Metode Studi Kasus untuk Riset di Bidang Pendidikan
Bergabunglah dengan kami.
Mari ikut berkontribusi membangun peradaban melalui tulisan.


Tinggalkan komentar