
Salah satu cita-cita terbesar penulis adalah menerbitkan buku di penerbit mayor seperti Grup Gramedia atau Andi untuk skala nasional. Keberhasilan menerbitkan buku di penerbit seperti itu sensasinya sungguh luar biasa. Tentu saja, keberhasilan menerbitkan buku di penerbit yang lebih besar dan berskala internasional, seperti Elsevier, Springer, Wiley, atau
Routledge, dapat mendatangkan kebahagiaan yang berkali-kali lipat.
Saya sendiri sangat bersyukur karena telah berhasil mewujudkan cita-cita itu. Tiga buku saya sudah diterbitkan di dua penerbit mayor nasional. Buku yang berjudul Strategi Pembelajaran Sains Abad 21 telah diterbitkan di Bhuana Ilmu Populer alias BIP (salah satu anggota Grup Gramedia) pada tahun 2024. Sementara itu, dua buku lainnya telah diterbitkan oleh Penerbit Andi, yaitu novel MIT diterbitkan tahun 2022 dan buku referensi Pembelajaran Berbagi Keahilan diterbitkan pada tahun 2025.
Bagaimana caranya dapat menerbitkan buku di penerbit mayor seperti itu? Berikut ini saya bagikan tipsnya.
1. Pahami Profil dan Gaya Penerbit
Sebelum mengirim naskah ke penerbit besar, penting untuk memahami karakteristik, visi, dan jenis buku yang biasanya mereka terbitkan. Setiap penerbit memiliki preferensi tema, gaya penulisan, dan segmentasi pasar yang berbeda. Pelajari buku-buku yang mereka rilis dan identifikasi apakah naskahmu memiliki kesesuaian. Ini akan meningkatkan peluang naskahmu dilirik karena relevan dengan katalog mereka.
2. Tulis Naskah yang Solid dan Orisinal
Penerbit besar menerima ratusan naskah setiap bulannya. Maka dari itu, kualitas naskah menjadi sangat krusial. Pastikan ceritamu atau isi bukumu memiliki kekuatan orisinalitas, struktur yang rapi, dan gaya bahasa yang enak dibaca. Bila perlu, minta masukan dari pembaca beta atau editor lepas sebelum mengirimkannya. Naskah yang rapi secara teknis dan kaya isi akan lebih mencuri perhatian.
3. Buat Proposal Naskah yang Menarik
Penerbit besar umumnya meminta proposal naskah yang mencakup sinopsis, keunikan buku, target pembaca, serta alasan mengapa buku ini layak diterbitkan. Proposal ini ibarat presentasi awal yang akan menentukan apakah naskahmu akan dibaca lebih lanjut. Gunakan bahasa yang meyakinkan dan tunjukkan bahwa kamu memahami pasar buku yang kamu tuju.
4. Ikuti Syarat Pengiriman dengan Teliti
Setiap penerbit memiliki prosedur pengiriman naskah yang berbeda, termasuk format file, panjang naskah, atau lampiran yang diminta. Baca dengan teliti instruksi di situs web atau media sosial resmi mereka. Mengabaikan detail kecil bisa jadi alasan naskahmu langsung ditolak, meskipun isinya bagus. Disiplin terhadap teknis pengiriman menunjukkan profesionalisme.
5. Bangun Reputasi dan Jejak Digital
Penerbit besar semakin mempertimbangkan jejak digital penulis, terutama dalam hal promosi. Meski tidak wajib, memiliki platform seperti blog, Instagram, atau kanal YouTube yang aktif bisa jadi nilai tambah. Ini menunjukkan bahwa kamu punya basis pembaca dan siap membantu promosi buku. Reputasi sebagai penulis yang aktif dan konsisten juga memikat penerbit.
6. Bersiap Menghadapi Penolakan dan Evaluasi
Jangan patah semangat jika naskahmu ditolak. Saya sering ditolak penerbit. Selain itu, banyak juga penulis besar yang karyanya sempat ditolak berulang kali. Jadikan saja penolakan itu sebagai bahan evaluasi. Cermati apa yang bisa diperbaiki, baik dari isi maupun cara penyampaian. Terus menulis, belajar, dan mengasah karya adalah kunci untuk akhirnya diterima.
7. Jalin Relasi dan Ikuti Komunitas Literasi
Menjadi bagian dari komunitas penulis atau menghadiri acara literasi bisa membantumu menjalin koneksi dengan editor, penerbit, atau penulis lain. Kadang, kesempatan menerbitkan buku datang dari jaringan ini. Selain itu, komunitas bisa menjadi tempat bertukar pengalaman, mendapatkan masukan, dan memperluas wawasan tentang dunia penerbitan.
Penutup
Kamu punya cita-cita menerbitkan buku di penerbit besar? Selesaikan naskah bukumu. Tulis secara unik dan menarik. Ikuti tips di atas. Mudah-mudahan bukumu yang akan diterbitkan berikutnya. Selamat mencoba.
Kembali ke:
Postingan Terbaru
- Metode Penelitian Korelasi
- Kids need soft skills in the age of AI, but what does this mean for schools?
- The ChatGPT effect: In 3 years the AI chatbot has changed the way people look things up
- Girls and boys solve math problems differently – with similar short-term results but different long-term outcomes
- Metode Studi Kasus untuk Riset di Bidang Pendidikan
Bergabunglah dengan kami.
Mari ikut berkontribusi membangun peradaban melalui tulisan.


Tinggalkan komentar