Pendahuluan
Literasi bukan hanya soal kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman, interpretasi, analisis, dan sintesis informasi. Dalam dunia pendidikan modern, peningkatan literasi siswa menjadi fokus utama untuk menghadapi tantangan abad ke-21. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan literasi secara bertahap dan terstruktur adalah melalui Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome) yang dikembangkan oleh John Biggs dan Kevin Collis (1982). Taksonomi ini memberikan kerangka berpikir tentang tingkat kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu materi atau konsep.
Pengertian Taksonomi SOLO
Taksonomi SOLO mengklasifikasikan hasil belajar siswa ke dalam lima tingkatan berdasarkan kompleksitas pemahamannya, yaitu:
- Prestructural: Siswa belum memahami topik atau memberikan respons yang tidak relevan.
- Unistructural: Siswa memahami satu aspek dasar dari topik.
- Multistructural: Siswa memahami beberapa aspek, tetapi secara terpisah tanpa hubungan yang jelas.
- Relational: Siswa mulai menghubungkan berbagai aspek dan melihat keterkaitan antar konsep.
- Extended Abstract: Siswa mampu membuat generalisasi, memprediksi, dan mengaplikasikan pengetahuan ke konteks baru.
Dengan memahami tahapan ini, guru dapat mendesain pembelajaran literasi yang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.
Strategi Menggunakan Taksonomi SOLO dalam Pembelajaran Literasi
Menganalisis Kemampuan Awal Siswa
Sebelum merancang pembelajaran, guru perlu mengidentifikasi tingkat pemahaman awal siswa terkait materi literasi tertentu. Misalnya, dalam memahami teks naratif, apakah siswa hanya dapat mengutip bagian teks (multistructural), atau sudah bisa menjelaskan hubungan antar peristiwa (relational)?
Merancang Pertanyaan Sesuai Level SOLO
Guru dapat mengembangkan pertanyaan atau tugas berdasarkan tingkat taksonomi SOLO untuk memandu perkembangan berpikir siswa. Contoh:
Unistructural: “Siapa tokoh utama dalam cerita ini?”
Multistructural: “Apa saja konflik yang muncul dalam cerita ini?”
Relational: “Mengapa tokoh utama membuat keputusan tersebut?”
Extended Abstract: “Bagaimana jika tokoh utama hidup di masa kini? Apa yang akan berbeda?”
Menggunakan Rubrik Penilaian Berdasarkan SOLO
Rubrik yang disesuaikan dengan taksonomi SOLO akan membantu guru mengevaluasi literasi siswa secara lebih objektif dan deskriptif. Misalnya, siswa yang masih berada pada level multistructural dapat diarahkan untuk mengembangkan hubungan antar gagasan agar naik ke level relational.
| Level SOLO | Deskripsi Pemahaman | Indikator Penilaian | Skor |
|---|---|---|---|
| Prestructural | Tidak menunjukkan pemahaman yang relevan terhadap isi teks. | – Tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar.- Jawaban tidak sesuai dengan isi bacaan. | 1 |
| Unistructural | Memahami satu informasi dasar dari teks. | – Menyebutkan tokoh utama / satu ide pokok.- Mengingat satu fakta dari teks. | 2 |
| Multistructural | Memahami beberapa informasi secara terpisah. | – Menyebutkan beberapa unsur cerita atau ide penting.- Dapat menjawab pertanyaan literal (apa, siapa). | 3 |
| Relational | Menghubungkan berbagai bagian informasi dan menunjukkan pemahaman yang mendalam. | – Menjelaskan hubungan antar tokoh / ide.- Menganalisis sebab-akibat dalam cerita.- Menyimpulkan. | 4 |
| Extended Abstract | Menerapkan pemahaman untuk membuat generalisasi, prediksi, atau refleksi mendalam. | – Mengaitkan isi teks dengan pengalaman pribadi atau konteks lain.- Membuat prediksi atau interpretasi. | 5 |
Mendorong Refleksi dan Metakognisi
Guru dapat melibatkan siswa dalam proses refleksi tentang bagaimana mereka memahami teks, bagaimana mereka menarik kesimpulan, serta bagaimana mereka mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Mengintegrasikan dengan Literasi Digital
Dalam era digital, literasi tidak hanya terbatas pada teks cetak. Guru dapat menggunakan media digital seperti video, infografis, dan artikel daring untuk mengasah keterampilan berpikir tingkat tinggi (relational dan extended abstract), misalnya dengan meminta siswa membandingkan dua sumber berita berbeda mengenai topik yang sama.
Kesimpulan
Taksonomi SOLO merupakan alat yang efektif untuk mengembangkan literasi siswa secara bertahap dari pemahaman dasar hingga berpikir tingkat tinggi. Dengan penerapan yang tepat, guru dapat merancang pembelajaran yang menantang dan sesuai dengan kebutuhan kognitif siswa. Peningkatan literasi melalui pendekatan ini tidak hanya memperkuat kemampuan akademik, tetapi juga membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata.
Referensi
- Biggs, J., & Collis, K. (1982). Evaluating the Quality of Learning: The SOLO Taxonomy (Structure of the Observed Learning Outcome). Academic Press.
- Hook, P., & Mills, G. (2011). Solo Taxonomy: A Guide for Schools. HookED Education.
Kembali ke:
Postingan Terbaru
- Metode Penelitian Korelasi
- Kids need soft skills in the age of AI, but what does this mean for schools?
- The ChatGPT effect: In 3 years the AI chatbot has changed the way people look things up
- Girls and boys solve math problems differently – with similar short-term results but different long-term outcomes
- Metode Studi Kasus untuk Riset di Bidang Pendidikan
Bergabunglah dengan kami.
Mari ikut berkontribusi membangun peradaban melalui tulisan.


Tinggalkan komentar