KONSERVASI


Manusia terikat dengan alam. Ketika alam mulai rusak, manusia pula yang terkena dampak negatifnya. Kerusakan yang parah bahkan dapat mengancam seluruh populasi manusia beserta peradaban yang telah dibangunnya.


Aksi konservasi adalah aksi mencegah kerusakan alam demi mempertahankan sekaligus memajukan peradaban manusia.


Peradaban manusia berkembang seiring dengan eksploitasi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti pangan, tempat tinggal, dan teknologi. Sejak zaman dahulu, manusia membuka lahan untuk pertanian, membangun permukiman, serta mengeksploitasi hutan dan sungai. Namun, tanpa pengelolaan yang bijak, kemajuan peradaban sering kali membawa dampak negatif terhadap lingkungan, seperti deforestasi, pencemaran air, dan perubahan iklim. Sejarah menunjukkan bahwa banyak peradaban besar, seperti Mesopotamia dan peradaban Maya, mengalami kemunduran akibat ketidakmampuan mereka dalam menjaga keseimbangan dengan alam.

Di sisi lain, konservasi alam menjadi upaya penting dalam memastikan peradaban tetap berkelanjutan. Kesadaran akan keterbatasan sumber daya membuat manusia mulai menerapkan praktik ramah lingkungan, seperti reboisasi, pertanian berkelanjutan, dan pengelolaan limbah yang lebih baik. Beberapa peradaban tradisional bahkan telah lama menerapkan konsep konservasi, seperti sistem Subak di Bali yang menjaga keseimbangan ekosistem sawah. Dengan memahami bahwa kelestarian alam adalah fondasi keberlanjutan, peradaban modern semakin mengadopsi prinsip-prinsip ekologis untuk memastikan generasi mendatang tetap dapat menikmati lingkungan yang sehat dan produktif.

Laman ini disediakan untuk tulisan-tulisan yang berasal dari aksi-aksi para penggiat konservasi. Mereka sering kali bekerja dalam senyap tanpa banyak menarik perhatian. Bahkan, sudah minta perhatian pun, banyak orang tetap tidak memedulikan. Tanpa disadari banyak orang, mereka telah menjalankan aksi-aksi fundamendal yang dapat memastikan keberlangsungan peradaban. Mereka mencegah rusaknya ekosistem, menyelamatkan spesies-spesies, serta pada akhirnya menjaga keseimbangan alam. Aksi-aksi itu tidak hanya menjaga keteraturan alam. Lebih dari itu, aksi-aksi itu telah menjaga peradaban dari amukan alam yang mungkin mulai kesal pada manusia-manusia yang semakin bebal.


Konservasi Kura-kura

Pada tahun 2015, Prof. Aceng Ruyani, M.S. dkk., melakukan kolaborasi dengan para ahli di bidang Biologi dan Konservasi dari Universitas Carolina Utara, Greensboro, Amerika Serikat. Kegiatan ini didanai oleh USAID. Kolaborasi itu pada akhirnya menghasilkan banyak hal, terutama tempat konservasi kura-kura sumatra yang berlokasi di Universitas Bengkulu. Berbagai penelitian juga telah dilakukan. Tempat konservasi itu telah menjadi pusat penelitian sekaligus pusat belajar, yang telah dikunjungi oleh peserta didik mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi.


Konservasi Tumbuhan Tropis

Universitas Bengkulu juga aktif dalam melakukan konservasi terhadap salah satu bunga paling langka di dunia Rafflesia arnoldii. Baru-baru ini, Yansen, Ph.D melakukan kolaborasi dengan para peneliti dari Universitas Oxford, Inggris untuk meneliti bunga tersebut.